JagatBisnis.id, Jakarta, 15 Desember 2024 – Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PB PGI) berkolaborasi dengan Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia (PP PETRI) menerbitkan buku “Konsensus Nasional Penatalaksanaan Diare pada Pasien Dewasa di Indonesia Tahun 2024″‘.

Dalam kaitan ini, PB PGI mengadakan webinar bertema “Expert Meeting of Modern Diagnostics in Diarrhea Management: Exploring the Latest Update Guidelines on Diarrhea Management in Indonesia” pada Minggu (15/12/21024).
Webinar ini bertujuan untuk memperkenalkan dan membahas pembaruan yang terdapat dalam buku konsensus nasional 2024 tersebut.
Selain itu, event ini juga membahas pentingnya penerapan diagnostik sindromik (syndromic testing) dan analisis Cycle Threshold Value (CT-Value) dalam manajemen diare.

Webinar yang dilangsungkan di Mercure Hotel, Cikini, Jakarta Pusat ini sukses dihadiri oleh sekitar 1.400 dokter, termasuk dokter umum, dokter spesialis gastroenterologi–hepatologi, maupun dokter spesialis penyakit dalam.
Acara ini didukung oleh QIAGEN, perusahaan terkemuka di bidang teknologi diagnostik dan PT. UBC Medical Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua PGI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, menyampaikan, “Diare merupakan penyakit yang sering ditemukan pada praktik sehari-hari. Diare dapat berdampak pada peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. Diagnosis dan tata laksana diare yang komprehensif diperlukan untuk mengurangi beban kesehatan tersebut.”

Dokter Ari menjelaskan, “Saat ini keilmuan terkait diare akut dan diare kronik berkembang pesat dalam aspek epidemiologi, diagnosis, dan terapi.”
Buku ini disusun untuk memperbarui Konsensus Nasional Penatalaksanaan Diare Akut di Indonesia tahun 2009 lalu.
Selain diare akut, konsensus 2024 ini juga membahas diare kronik dimana belum pernah ada konsensus diare kronik pasien dewasa di Indonesia.

“Konsensus 2024 disusun berbasis bukti. Diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi para dokter di Indonesia dalam mendiagnosis dan menatalaksana diare akut pada pasien dewasa,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta itu.
Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi atau kekerapan diare pada semua kelompok umur di Indonesia mencapai 4,3% dan kelompok subjek berusia lebih dari 75 tahun merupakan populasi dengan prevalensi diare tertinggi sebesar 5,1%.

Menurut penelitian Global Burden of Disease tahun 2016, diare termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan beban kesehatan tertinggi secara global.
Diare menjadi penyebab mortalitas 31,8% kelompok pasien berusia lebih dari 70 tahun di berbagai belahan dunia.
Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan di Indonesia, keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian dan mortalitas akibat diare masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan upaya yang belum optimal di dalam pencegahan. Hal ini terjadi di berbagai daerah.

Syndromic Testing, Kemajuan dalam Diagnosis dan Terapi Diare
Teknologi diagnostik untuk diare telah berkembang pesat, terutama dengan hadirnya metode Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks feses, yang memungkinkan deteksi simultan berbagai patogen seperti bakteri, virus dan parasit dalam satu sampel feses.
Pemeriksaan PCR multipleks feses sangat direkomendasikan bagi pasien dengan diare kronik, persisten, atau akut untuk identifikasi patogen secara spesifik.
Patogen yang berbeda dapat menyebabkan gejala yang serupa. Sehingga hal ini menyulitkan dokter untuk mengidentifikasi patogen tertentu penyebab infeksi yang diderita oleh pasien. Terutama pada pasien imunokompromais / imunodefisiensi seperti penderita HIV/AIDS, kanker, autoimun dan gangguan kesehatan kronis lainnya.

“Syndromic testing menjawab tantangan ini dengan menggunakan PCR multipleks untuk menguji beberapa patogen sekaligus, dimana CT-Value memainkan peran penting dalam penegakan diagnostik terutama kasus koinfeksi,” ujar Dr. dr. Hasan Maulahela, SpPD, K-GEH, Sekretaris Jenderal PB PGI di Hotel Mercure, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (15/12/2024).
Dokter Hasan menegaskan, “Hasil yang cepat dan akurat dapat memberikan alternatif diagnostik tradisional, seperti metode kultur bakteri dan mikroskop. Hasil dari pemeriksaan ini sangat membantu dokter menentukan pengobatan yang paling tepat berdasarkan penyebab utama diare.”
Selain itu, panduan terbaru memberikan rekomendasi terapi yang lebih beragam, termasuk pilihan antibiotik dan probiotik yang disesuaikan dengan etiologi spesifik.
Sehingga hasil tes PCR multiplex ini dapat mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan atau tidak sesuai indikasi, yang merupakan salah satu penyebab utama resistensi antibiotik saat ini.
Teknologi diagnostik ini mendukung pengambilan keputusan klinis yang lebih cepat, meningkatkan efisiensi, dan kualitas perawatan pasien.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), yang menaungi lebih dari 500 Konsultan Gastroenterohepatologi dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di 38 provinsi, terus berkomitmen memberikan pembaruan terkait manajemen dan terapi diare.
Salah satu bentuk komitmen ini adalah dengan menyelenggarakan webinar ini. Sehingga update informasi dapat diakses oleh seluruh dokter, baik dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam maupun konsultan gastroenterohepatologi.
Dukungan QIAGEN
Komitmen ini selaras dengan visi dan misi salah satu perusahaan diagnostik dalam penelitian molekuler QIAGEN, penyedia layanan Syndromic Testing dengan tagline “making improvements in life possible” yang akan terus berinovasi untuk mendukung peningkatan layanan kesehatan di Indonesia.

Dengan kolaborasi dan adopsi teknologi diagnostik terkini, seperti Tes Cepat Molekuler (TCM), pelayanan kesehatan di Indonesia diharapkan menjadi lebih efisien, efektif dan membantu efisiensi biaya perawatan.
PGI juga berkomitmen dalam pembaruan konsensus di bidang gastroenterologi, yang diharapkan dapat menghadirkan layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia dan dunia.
Dokter Ari selaku Ketua PB PGI mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta kegiatan penyusunan Konsensus Nasional Penatalaksanaan Diare pada Pasien Dewasa di Indonesia tahun 2024.
“Kami berterima kasih kepada Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia (PP PETRI) yang ikut serta berkolaborasi dan memberikan masukan konstruktif.” lanjutnya
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada QIAGEN dan PT. UBC Medical Indonesia yang mendukung upaya pembaruan konsensus diare 2024 ini,” pungkas Dokter Ari.