Kolaborasi J&T Express dan Asmara Abigail Edukasi Kampanye “3C: Cek, Curiga, Cancel”

Kolaborasi J&T Express dan Asmara Abigail Edukasi Kampanye “3C: Cek, Curiga, Cancel”


JagatBisnis.id, Jakarta, 7 September 2025 – Dulu, kita hanya mengenal jasa ekspedisi pengiriman barang dalam jumlah terbatas. Namun, belakangan bisnis ini tumbuh pesat. Bahkan dengan kemajuan teknologi tracking, posisi barang ada dimana bisa dilacak. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga berdampak pada munculnya potensi kejahatan siber atau digital.

Celah kemajuan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk kejahatan adalah ketika komunikasi menggunakan WhatsApp, email atau telepon yang dilakukan secara online. Untuk itu, penting sekali selalu menjaga keamanan gadget dari potensi penipuan. Salah satu bentuk modus penipuan yang perlu diwaspadai adalah File APK berpotensi berisi malware.

Salah satu modus penipuan mengatasnamakan perusahaan ekspedisi J&T Express.

Modus penipuan ini biasanya dimulai dengan pesan WhatsApp dari oknum yang mengaku dari instansi atau pihak resmi. Pesan tersebut tampak meyakinkan dan disertai lampiran berupa file APK. Jika korban lengah dan mengunduh file tersebut, maka hal tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi malware yang dirancang untuk mencuri data, merusak sistem, bahkan mengambil alih perangkat tanpa sepengetahuan pengguna.

Hanya dengan satu klik ceroboh, data pribadi dan akses penting bisa jatuh ke tangan yang salah.Untuk itu, apabila menerima File APK dari sumber yang tidak jelas, wajib diabaikan pesan tersebut dan jangan tergoda untuk membukanya. Tetap waspada dan lindungi gadget dari ancaman penipuan digital di mana saja dan kapan saja.

Herline Septia, Brand Manager J&T Express Indonesia dalam acara Media Gathering perayaan ulang tahun ke-10 J&T Express di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Berdasarkan data SAFEnet, sepanjang tahun 2024 tercatat sekitar 330 kasus serangan digital (yang mencakup peretasan, pelanggaran hak digital, dan lainnya). Mayoritas terjadi di platform seperti Instagram (107 kasus), WhatsApp (84), situs web (46), dan lainnya

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat dengan menyebut total kerugian masyarakat akibat penipuan digital yang dilaporkan melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC) mencapai Rp4,8 triliun. Angka tersebut tercatat sejak IASC resmi diluncurkan pada November 2024 hingga Agustus 2025. Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyampaikan dari jumlah kerugian itu, sebanyak Rp350,3 miliar berhasil diblokir. “IASC telah menjadi wadah untuk mendukung komitmen nasional dalam pemberantasan scam dan fraud,” ujar Friderica.

Berdasarkan data OJK, total rekening yang dilaporkan masyarakat mencapai 381.507 rekening, dengan 76.541 di antaranya sudah diblokir. Selain itu, Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) juga menemukan 22.993 nomor telepon dilaporkan terkait aktivitas penipuan sepanjang periode yang sama.

(Kiri ke kanan) Robin Lo, CEO J&T Express Indonesia dan Herline Septia, Brand Manager J&T Express Indonesia dalam acara Media Gathering perayaan ulang tahun ke-10 J&T Express di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Merespons maraknya penipuan yang mengatasnamakan perusahaan jasa pengiriman, J&T Express selaku perusahaan penyedia layanan logistik global dengan bisnis jasa pengiriman ekspres terkemuka di Asia Tenggara dan China, berkolaborasi dengan aktris ternama Indonesia yang sering membintangi film horor, Asmara Abigail, lewat kampanye edukasi “3C: Cek, Curiga, Cancel” agar masyarakat lebih waspada dari modus penipuan yang sering menghantui.

Robin Lo, CEO J&T Express Indonesia dalam acara Media Gathering perayaan ulang tahun ke-10 J&T Express di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Robin Lo, CEO J&T Express menegaskan, pihaknya tidak akan lepas tangan jika terjadi penipuan atau kejahatan yang mengatasnamakan J&T Express. Termasuk, jika ada oknum-oknum yang terlibat, maka akan diserahkan kepada pihak yang berwajib. Apabila kerugian nominal pelanggan besar, maka akan dicarikan solusi menyelesaikan masalah.

Herline Septia, Brand Manager J&T Express Indonesia dalam acara Media Gathering perayaan ulang tahun ke-10 J&T Express di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Menurut Herline Septia, Brand Manager J&T Express, selama satu dekade atau 10 tahun perjalanan perusahaan, fokus J&T Express tidak hanya pada penguatan internal perusahaan, tetapi juga pada langkah-langkah eksternal yang memberi manfaat lebih luas. “Salah satunya melalui edukasi pencegahan phishing yang kami lakukan sebagai upaya menjaga keamanan dan kepercayaan para pelanggan. Kami percaya, kontribusi perusahaan logistik bukan sekadar menghadirkan layanan, tetapi juga menghadirkan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat,” ungkapnya.

Herline Septia, Brand Manager J&T Express Indonesia dalam acara Media Gathering perayaan ulang tahun ke-10 J&T Express di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Jika terjadi kejahatan siber mengatasnamakan J&T Express, Herline menegaskan pihaknya pasti akan menindaklanjuti. Permasalahan akan diselesaikan baik di operasional internal maaupun eksternal perusahaan. Maklum, saat ini bisnis J&T Express sedang berkembang pesat dan jangan sampai tercemar dari gangguan masalah-masalah tersebut. Hingga tahun 2025, J&T Express di Indonesia telah memiliki 80 pusat sortir. Lebih dari 4.000 Drop Poin dan Mini Drop Point, lebih dari 20.000 tim operasional dan lebih dari 7.000 kendaraan operasional yang mendukung pengiriman.

Jika Tidak Fokus, Jangan Asal Klik atau Isi Data Pribadi

Bintang film horor, Asmara Abigail.

Korban penipuan melalui jalur pengiriman barang tidak hanya berasal dari masyarakat biasa, tapi juga kalangan artis. Salah satunya adalah aktris Asmara Abigail. Wanita berparas cantik dan eksotik ini bercerita bahwa saat sedang di Aceh untuk syuting, dia mendapat pesan iMessage yang mengatasnamakan perusahaan ekspedisi J&T Express. Pesan itu menyebut alamat pengiriman paketnya rusak dan tidak terbaca jelas. Lalu, dia dipandu untuk mengklik sebuah tautan demi memperbarui alamat agar paket bisa sampai.

Awalnya Asmara tidak curiga dan mengisi alamat penerima di Takengon, Aceh (alamat tim syuting). Setelah itu muncul halaman baru yang meminta dia membayar biaya tambahan sekitar Rp9.000-an. Karena nominalnya kecil, Asmara pun tidak menaruh curiga, sehingga dia melanjutkan.

Menurut Asmara, alamat website itu sangat mirip dengan situs resmi J&T Express, sehingga dia percaya. Lalu, dia diminta memasukkan data kartu kredit. Saat mencoba membayar, selalu muncul keterangan “transaksi gagal” dan dia diminta mencoba lagi. Setelah dicoba berkali-kali, ternyata semua transaksi berhasil dan saldo kartu kreditnya terkuras sekitar Rp70 juta.

Asmara mengaku langsung gemetar, panik, dan ingin menangis. Hanya dalam waktu sekitar 15 menit uang itu lenyap. Dia sempat menghubungi ibunya, yang kemudian meminta bantuan Pak Wardi (tukang kebun di rumah Asmara) untuk mengecek langsung ke outlet J&T Express terdekat. Dari pihak J&T Express dijelaskan bahwa pesan itu murni penipuan phishing, dan paketnya sebenarnya tetap berjalan normal menuju Takengon.

Asmara sangat terpukul karena selama ini merasa dirinya waspada terhadap penipuan, tapi kali ini lengah. Ia menangis, stres, bahkan masih terbawa emosi ketika meeting pertama dengan tim J&T. Ia mengaku sering menyalahkan diri sendiri, karena kerja kerasnya hilang begitu saja dalam hitungan menit.

Dari kejadian naas itu, Asmara menarik pelajaran: ketika kita sedang tidak fokus, jangan asal klik link atau isi data pribadi. Lebih baik melakukan pengecekan resmi langsung ke outlet, customer service, atau sumber terpercaya.

(Kanan) Bintang film horor, Asmara Abigail, menjadi narasumber di kanal YouTube RJL 5 – Fajar Aditya.

“Ini pertama kali aku ketipu dan ketipunya langsung Rp70 juta. Aku nangis-nangis dan panik. Akhirnya kita hubungi official team J&T Express. Habis itu, kita ingin tahu kronologinya dan dilakukan set up meeting, ditunjukin CCTV. Perjalanan paket dari satu titik ke titik tiga beneran nyampai di Takengon, tidak nyangkut atau Alamat tidak kebaca. Itu kebohongan dan aneh sekali karena I message yang aku terima itu juga nomor Filipina yang mestinya dari awal aku sudah curiga, tapi ditipu dengan nominal mata uang Riyal. Jadi ini kayak kejahatan antar negara. Aku nggak ngerti,” jelas Asmara dalam kanal YouTube RJL 5 – Fajar Aditya.

Bersama J&T Express, Asmara berbagi edukasi tentang prinsip “3C” agar orang lain tidak jadi korban phishing: yaitu Cek – pastikan dulu sumber informasi/link benar. Lalu, Curiga – jangan mudah percaya kalau ada hal janggal. Dan Cancel – batalkan segera kalau terindikasi tidak jelas. “Sebenarnya hal paling horor bukan hanya rumah angker, melainkan kehilangan Rp70 juta dalam sekejap karena phishing. Maka, selalu ingat 3C: Cek, Curiga, Cancel,” ucapnya.

Meski kehilangan uang, Asmara mencoba ikhlas. Dia bahkan langsung berdonasi ke tempat rehabilitasi kuda di Bali sebagai bentuk rasa legowo bahwa setiap kehilangan bisa memberi ruang bagi berkah lain.

Ciri-ciri Penipuan Berkedok Pengiriman Paket

Kasus penipuan berkedok pengiriman paket cukup sering terjadi, terutama memanfaatkan ketidaktahuan atau kepanikan korban. Modusnya bermacam-macam, tapi pola umumnya mirip: pelaku berpura-pura sebagai pihak ekspedisi, kurir, bea cukai, atau bahkan kenalan yang mengirimkan barang. Berikut beberapa modus yang umum:

1. Modus Paket Hadiah atau Kiriman dari Luar Negeri 

Pelaku berpura-pura sebagai teman/kenalan dari luar negeri (sering lewat media sosial atau aplikasi kencan). Mereka mengaku mengirimkan paket berisi hadiah mewah, uang, atau barang berharga. Korban kemudian ditelepon “pihak bea cukai/ekspedisi” yang mengatakan bahwa paket tertahan dan korban harus membayar pajak, bea masuk, atau biaya administrasi. Setelah korban mentransfer uang, paket tidak pernah ada.

2. Modus Paket Salah Alamat

Ada kurir fiktif yang datang (atau hanya menghubungi via WA/telepon), bilang ada paket salah alamat tapi sudah atas nama korban. Korban diminta membayar ongkos kirim atau biaya klaim agar paket bisa dikembalikan. Setelah dibayar, kurir/pelaku menghilang.

3. Modus Paket Berisi Barang Ilegal

Pelaku menelepon, mengaku dari bea cukai/bandara/pihak keamanan, dan bilang paket atas nama korban berisi barang terlarang (obat, narkoba, emas, dll.). Korban diancam akan diproses hukum jika tidak segera membayar “uang damai” atau denda. Modus ini memanfaatkan rasa takut korban.

4. Modus Link atau APK dalam Paket

Korban menerima pesan WA/SMS/email yang mengaku dari jasa ekspedisi (JNE, J&T, Pos, dll.). Pesan berisi link atau file APK untuk melacak paket. Jika diklik/diinstal, data pribadi dan mobile banking korban bisa dicuri (phishing/malware).

Adapun ciri-ciri umum penipuan paket adalah: pertama, meminta transfer uang ke rekening pribadi, bukan rekening resmi perusahaan.Kedua, nomor telepon tidak resmi (menggunakan nomor biasa, bukan nomor layanan pelanggan). Ketiga, ada tekanan psikologis: “harus segera dibayar” atau “akan diproses hukum”. Keempat, informasi paket tidak bisa dicek di website resmi ekspedisi.

Nah, untuk menghindari modus penipuan file APK malware ada tips jitu. Pertama, jika mendapat kiriman file APK, jangan sembarangan klik dan mengunduh file. Kedua, gunakan aplikasi antivirus atau software bawaan handphone untuk melindungi gadget dari aplikasi berbahaya dan malware. Dengan memahami ancamannya dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, kita bisa menjaga keamanan data dan akses penting dari oknum penipu.

JagatBisnis.id