Smartick Indonesia Hadirkan Inovasi Pembelajaran Matematika yang Adaptif untuk Bangun Rasa Percaya Diri Anak

JagatBisnis.id, Jakarta, 08 Oktober 2024 – Berawal dari adanya keresahan mengenai tantangan pendidikan yang dihadapi anak-anak Indonesia, Smartick Indonesia hadir dengan visi untuk membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kritis, sekaligus membangun pondasi kuat untuk masa depan anak melalui kemampuan matematika.

Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan, dipandang sebagai kompetisi yang hanya dapat dimenangkan oleh anak pintar.

Cara belajar seragam yang selama ini diterapkan juga bisa menimbulkan tekanan dan menurunkan motivasi akibat merasa tertinggal, padahal setiap anak memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda.

Smartick Indonesia hadir untuk mengoptimalkan cara anak-anak Indonesia belajar matematika dengan menyediakan pengalaman belajar yang adaptif dan terpersonalisasi, menyesuaikan kemampuan dan ritme belajar setiap anak.

Jajaran manajemen Smartick Indonesia.
(Kiri-kanan) Waitatiri, Head of Marketing; Galih Sulistyaningra, Co-Founder & Co-CEO; Barry Cavin, Co-Founder & Co-CEO; dan Hadi Saloko, Senior Engineer.

“Kami percaya setiap anak berhak mendapatkan akses untuk belajar matematika yang mendukung mereka untuk berkembang sesuai dengan kecepatan mereka sendiri,” kata Galih Sulistyaningra, Co-Founder & Co-CEO Smartick Indonesia.

Galih adalah seorang pendidik dengan pengalaman di STEAM Education yang juga memiliki pengalaman mengajar di Sekolah Dasar Negeri.

Galih Sulistyaningra, Co-Founder & Co-CEO Smartick Indonesia. (Foto: Instagram/@smartickindonesia)

Setelah menyelesaikan gelar Master di University College London, ia kembali ke tanah air dan menyaksikan banyak anak mengalami kesulitan dalam belajar matematika.

Dengan membawa keyakinan bahwa pendidikan harus melibatkan keluarga dan masyarakat, Galih tergerak untuk membangun inovasi untuk membantu anak-anak Indonesia belajar matematika.

Barry Cavin, Co-Founder & Co-CEO Smartick Indonesia, juga turut membersamai Galih. Barry telah berkarier sebagai guru, kepala sekolah, dan perancang kurikulum.

Barry Cavin, Co-Founder & Co-CEO Smartick Indonesia. (Foto: Instagram/@smartickindonesia)

Dengan latar belakang akademis yang kuat di bidang matematika dari Universitas Indonesia dan Imperial College London, Barry percaya bahwa pembelajaran yang efektif memerlukan pendekatan holistik. “Matematika bukan hanya tentang angka. Itu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya. Barry aktif membangun komunitas untuk menyebarkan cinta akan matematika.

Galih dan Barry memutuskan untuk menggandeng dua orang lainnya untuk menjalankan Smartick Indonesia. Sebagai Senior Engineer, mereka mengajak Hadi Saloko, mantan Head of Engineer di perusahaan teknologi yang juga memiliki kepedulian yang mendalam terhadap pendidikan anak-anak dan ingin menggunakan keahlian teknologinya untuk menciptakan aplikasi belajar yang inovatif. “Saya ingin memastikan anak-anak tidak merasa tertekan dan dapat belajar dengan cara yang menyenangkan,” ujar Hadi.

Hadi Saloko, Senior Engineer Smartick Indonesia. (Foto: Instagram/@smartickindonesia)

Mereka juga mengajak Waitatiri sebagai Head of Marketing. Wai telah berkarir di bidang creative marketing di beberapa perusahaan teknologi selama 7 tahun terakhir. Ia juga merupakan seorang penulis dan aktivis pendidikan yang kerap memperjuangkan pendidikan yang aman dan memberantas bullying di sekolah.

Waitatiri, Head of Marketing Smartick Indonesia (Foto: Instagram/@smartickindonesia)

Menggabungkan pengalaman studi S2-nya yang berfokus pada pembelajaran informal di Harvard Graduate School of Education dan latar belakang karirnya di bidang kreatif, Wai menulis buku anak berjudul “The Missing Colors” yang diangkat dari kisah nyata penyintas bullying di Indonesia. “Saya percaya pendidikan harus aman dan menyenangkan. Setiap anak berhak belajar tanpa rasa takut,” tegas Wai.

(Kiri-kanan) Jajaran manajemen Smartick Indonesia: Hadi Saloko, Senior Engineer; Barry Cavin, Co-Founder & Co-CEO; Galih Sulistyaningra, Co-Founder & Co-CEO; dan
Waitatiri, Head of Marketing.

Bersama-sama, mereka membentuk tim Smartick Indonesia, masing-masing membawa keahlian dan pengalaman yang unik. Teknologi Smartick dirancang di Spanyol dan telah digunakan di lebih dari 190 negara di dunia dan terbukti bisa membangun kemampuan matematika anak. Smartick juga telah disarankan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology, Oakland University, dan Johns Hopkins University.

Tim Smartick Indonesia membawa teknologi yang telah terbukti dan menyesuaikannya untuk anak-anak Indonesia agar bisa belajar lebih nyaman dan kontekstual. Dengan tujuan untuk membiasakan anak belajar matematika melalui 15 menit latihan setiap hari, tim
Smartick Indonesia ingin anak-anak melihat matematika sebagai petualangan, bukan beban.

Jajaran manajemen Smartick Indonesia.
(Depan kiri-kanan) Waitatiri, Head of Marketing dan Galih Sulistyaningra, Co-Founder & Co-CEO.
(Belakang kiri-kanan) Hadi Saloko, Senior Engineer dan Barry Cavin, Co-Founder & Co-CEO (Foto: Instagram/@galihtyanr)

“Saya percaya bahwa matematika adalah alat untuk membangun karakter dan keterampilan berpikir kritis. Ini adalah langkah awal menuju generasi yang lebih baik,” kata Galih, mengungkapkan keyakinannya akan dampak positif dari Smartick.

Saat ini, Smartick Indonesia kerap aktif membagikan konten dan informasi mengenai matematika melalui akun Instagram-nya, @smartickindonesia. Aplikasi Smartick Indonesia akan bisa mulai digunakan oleh anak-anak Indonesia di kuartal akhir tahun 2024 ini.

Dengan membawa tagline #MatematikaUntukSemua, Smartick Indonesia membawa kepercayaan bahwa semua anak bisa matematika dan ingin memastikan setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk meraih potensi penuh mereka. “Ini bukan hanya tentang belajar matematika, tetapi tentang membangun rasa percaya diri dan cinta akan belajar,” kata Barry.

Dengan dukungan orang tua, pendidik, dan komunitas, Smartick berharap dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam pendidikan matematika di Indonesia. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk membangun generasi pemikir kritis yang akan membawa dampak positif bagi masyarakat.

JagatBisnis.id

error: